Beberapa minggu lalu saat saya KKL tepatnya tanggal 15 Februari 2012, zeronine disempatkan untuk mengunjungi Kick Andy! show secara off air.. Beruntung rupanya karena topik bahasannya sangat menarik.. Man Jadda Wa Jadda! (Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti dapat).. Di sini juga menghadirkan orang-orang yang hebat, yaitu salah satunya dalah Bapak Hasan Juaini.. Pertama saya kurang begitu mengerti beliau saat hadir di Kick Andy!
Saat dijelaskan siapa beliau sebenarnya, saya merasa kagum dengan beliau.. Tanpa koar-koar beliau telah melakukan banyak perbuatan mulia yang mengangkat nama bangsa Indonesia.. Beliau melakukan program penghijauan Lembah Madani (Lembah Suren) yang luasnya mencapai 36 hektar..Memakan waktu lebih dari 9 tahun, konservasi hutan dan ladang -yang melibatkan santri serta warga sekitar- kini berdampak luas dan terus berjalan.. Semua itu butuh perjuangan tentunya, tanah yang awalnya tandus bisa rimbun dengan pepohonan yang hijau.. Beliau memaparkan energi yang memotivasinya adalah agama, hal itulah yang bisa membuat beliau mewujudkan seluruh impiannya.. Secara jujur Beliau mengaku pernah putus asa, ketika dihadapkan situasi sulit. Tapi, katanya buru-buru, "Kita bangkit melawan itu."
"Dari segi materi saja, saya hitung uang saya sekitar Rp4,3 miliar habis. Tidak mungkin saya tidak melanjutkannya. Saya harus lanjutkan," tambahnya.
Dari usaha-usaha yang telah dilakukan, Bapak Hasanain Juaini memperoleh penghargaan Ramon Magsaysay 2011 karena mengembangkan pesantren yang peduli lingkungan, menghormati wanita , serta membangun kerukunan beragama.Penghargaan Ramon Magsaysay -yang sering disebut sebagai Nobel versi Asia ini- diserahkan kepada Hasanain, dan lima peraih lainnya di Kota Manila, Filipina. Salah-satu alasan Yayasan Magsaysay menganggap Hasanain layak diberi penghargaan adalah karena komitmennya dalam mempromosikan kesetaraan gender di pesantren yang dipimpinnya.. Beliau juga meraih Ashoka International Award for Best Fellow in Religion and Women Empowerment (2003)..
Sebagai pemimpin Pondok Pesantren Nurul Haramain di Desa Lembuak, Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, kini namanya sejajar dengan tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid, Mochtar Lubis, atau Pramoedya Ananta Toer, yang juga pernah meraih penghargaan Ramon Magsaysay..
Saya lupa memaparkan bahwa Beliau juga memiliki ponpes yang modern..
Sebagai pemimpin pondok pesantren yang mendalami nilai-nilai agama, alumni Pondok Pesantren Gontor (1984) ini, menganggap kearifan terhadap lingkungan sudah diatur dalam Al Quran..
Dalam mendidik murid-muridnya, Hasanain mengaku tidak membeda-bedakan antara santri putra dan putri.
Dia lantas memberi contoh program komputerisasi yang diterapkan di pesantrennya. "Saya dahulukan yang perempuan (untuk memperoleh fasilitas komputer)," katanya..
Menurut Hasanain, selain didasari ajaran agama. "Tiang negara itu adalah wanita," katanya, pilihannya lebih mendahulukan kepentingan santri putri, karena contoh langsung dari orangtuanya.. Saya jadi ingat ketika beliau berkata bahwa pendidikan pertama seorang anak adalah seorang ibu.. Apabila ibu itu tidak bisa mendidik anaknya dengan baik,mau jadi apa bangsa ini.. Subhanallah, memang bena kalau saya pikir.. Maka dari itu Beliau ingin mendidik para santriwatinya untuk menjadi seorang ibu yang baik..
Suatu saat, ibunya yang mengalami stroke, meminta agar sang suami menikah kembali, agar ada yang merawatnya..
Tetapi apa jawaban sang ayah? "Ayah saya mengatakan, "Di saat kamu sudah tua, lemah, saya harus membuktikan kamu telah memilih lelaki yang tepat sebagai suami kamu." Di saat mendengar pernyataan tersebut di Kick Andy spontan saya juga ikut menangis.. Subhanallah, begitu hebat ayah beliau yang begitu mencintai istrinya.. Semoga saya juga bisa mendapatkan suami yang sedemikian mencintai saya..Amin..:)
Sang ayah, Haji Muhammad Djuaini, akhirnya tetap menemani ibunya, Hajjah Jahrah, sebelum ibunya akhirnya meninggal.
"Contoh hidup dari orangtua itulah yang saya lakukan (sekarang)," kata Bapak Hasanain agak tersendat, dan matanya membasah.
Beliau juga menyinggung pula masalah konflik antar umat beragama di Indonesia, yang disebutnya terjadi karena masyarakat tidak terlatih untuk menghadapi perbedaan..
"Akibatnya, ya akan terus terjadi (kasus-kasus kekerasan atas nama agama) seperti itu," kata Hasanain, yang sejak 4 tahun lalu dipercaya menjabat Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Lombok Barat, NTB..
Dengan melibatkan para santrinya serta umat agama lain, Hasanain mengaku pernah menggelar dialog terbuka tentang keagamaan melalui acara perkemahan..Para santrinya dituntut untuk menghadapi situasi yang real dimana nantinya mereka akan hidup saling berdampingan dengan agama lain..
Prihatin terhadap kondisi masyarakat Indonesia yang disebutnya tidak terlatih menerima perbedaan, Bapak Hasanain terobsesi mendirikan semacam desa yang dihuni berbagai umat beragama.. Gagasan tersebut muncul karena ingin mencontoh desa yang pernah dibangun oleh Nabi Muhammad di masa awal Islam di tanah Arab, lebih dari seribu tahun lalu.
Oh ya, beliau sempat menyinggung kisah Buya Hamka yang menginspirasi dan memotivasi dirinya.. Bahkan beliau berkata bahwa pemuda di Indonesia perlu cerita-cerita motivasi seperti kisah Buya Hamka untuk membakar semangat dan terus memotivasi diri mereka agar menjadi penerus bangsa yang baik.. Saya menjadi penasaran dengan kisah Buya Hamka, dan mungkin akan saya ulas di sesi berikutnya..
Ayo para generasi penerus bangsa.. Giliran kita yang mengikuti jejak Bapak Hasanain Juaini..
Talk Less Do More!
Semoga bisa menjadi inspirasi..:)
0 komentar:
Posting Komentar